Tatkala kembali sampai rumah, dibacalah secarik kertas yang diberikan Santo kepada Sinta pada akhir perjumpaan itu.
Aku sudah nemutuskan jika nanti pada kesempatannya
Aku akan mengahiri pengembaraanku
Meskipun aku tak bisa menetapkan takdirku
Layaknya salik yang merindu
Sikapku padamu yang masih dan terus menggebu
Kekasih
Sinta, dengan sedikit kenangan yang kita jalani
Ketika aku memandangimu
Ketika kau menaiki anak tangga itu
Ketika kau menurunkan pandang serta angkuhmu
Aku benar melihat kejelian pada setiap langkahmu
Pada setiap permasalahan yang bisa kau selesaikan dengan
tenang dan pasti itu
Menunjukkan kemahiran dalam memegang atas kuasa caramu
Kekasih
Waktu dan tempat mudah berubah
Tapi kita akan dan akan terus bekerja melampaui zaman,
keadaan bahkan kekuasaan
Selama hayat masih dikandung badan
Selama itu jasad hanyalah pembantu
***
Alur kehidupan manusia meliputi aneka periode dari kelahiran
hingga kematian. Kini Sinta dan Santo tengah menuju Salah satu tahapan sakral
dalam kehidupan manusia adalah memasuki bahtera pernikahan. Bukan kewajiban,
namun suatu tindakan yang tak kalah sama pentingnya dengan tugas kehidupan yang
lain.
Hari yang ditakdirkan akhirnya tiba, Sinta dan Santo sudah
percaya bahwa ketika sudah jodoh tak bisa ia dustakan untuk saat ini, meskipun
keduanya masih meragukan akankah ia akan langgeng sampai kelak nanti, keduanya
juga menyadari bahwa tak akan tahu takdir kedepannya.
Cerita ini tidak dimulai dari Santo dan Sinta benar-benar
baru dilahirkan "procot", melainkan sejak keduanya mengerti
bagaimana ilmu pengetahuan mulai menyingkapi kehidupan mereka berdua, Santo
yang dilahirkan dari dunia pesantren tentu paham betul akan berbagai hukum dan
kaidah keagamaan, pun dengan sinta yang sama seirama, keduanya mendalami makna
kehidupan dari berbagai hal.
Awal pertemuan di sebuah kedai kopi, keduanya tak sengaja
untuk berteduh dari hujan saat Santo hendak balik ke kos dari kampus, sedang
Sinta akan menuju tempat privat salah satu muridnya, suasana kedai yang
benar-benar sepi, pengunjung belum sempat ramai berkunjung, hujan deras sudah
turun, berkenalanlah Sinta dan Santo.
Sebenarnya ini bukan masalah yang rumit ketika mereka berdua
berdiskusi soal keilmuan, karena masing-masing mempunyai pendalaman dan cara
pandang yang berbeda, justru ini akan menjadi perpaduan yang serasi jika mampu
mensinergitaskan kedua bidang keilmuan Sinta dan Santo, ini akan menjadi buntut
kehidupan kedepan pada rencana pernikahan mereka.
Tak ada manusia yang benar2 sempurna, sama halnya dengan
Sinta dan Santo, pernikahan yang benar2 mereka harapkan sempurna, terkadang
mungkin hanya berbalik pada imajinasi-imajinasi belaka, karena justru
pernikahan adalah gerbang untuk menyatukan dua manusia yang berbeda pandangan
agar keduanya saling terjalin hubungan yang saling menyesuaikan.
Gegaraning wong akrami
Dudu bandha dudu rupa
Amung ati pawitane
Luput pisan kena pisan
Lamun gampang luwih gampang
Lamun angel, angel kalangkung
Tan kena tinumbas arta
Penguat dalam
pernikahan
Bukan hanya harta
atau fisik
Namun hatilah
modal utamanya
Apabila jadi,
jadi selamanya
Jika mudah akan
semakin gampang
Jika sulit akan
semakin sulit bukan main
Tidak dapat
ditebus dengan harta
Semua harus dibicarakan secara bijak dan terbuka, kalau ada ketidaksepemahaman
akankah melanjutkan atau berhenti supaya sama2 memaklumi.
***
Yang semula hanya gerimis lambat tapi pasti hujan yang lebat
menyusul.
"Hai Sinta, dunia ini terlalu luas untuk dieksplorasi,
tujuan utama kita menikah bukanlah untuk segera diberikan momongan atau membuka
pintu rizki, namun tangguhkanlah pernikahan ini pada penghormatan atas dasar
sunnah Rasul kita."
"Dengan begitu mungkin kita tak akan terbebani dengan
doktrin-doktrin umum yang ada di masyarakat"
"Begitu juga dengan rizki harta benda, kaya atau miskin
kita dalam menjalani hidup jangan sampai melalaikan tugas dan kewajiban kita
sebagai hamba yang menjalankan tugas dari majikannya, kalau kita kaya, kita
bisa menggunkan harta tersebut untuk berbagi kebaikan, kalau kita kurang kaya
ya kita bisa berbuat baik dengan cara yang lain."
"Aku bersyukur mempunyai calon istri sepertimu, kita
berjodoh dalam pemahaman, semoga juga kita berjodoh dalam perbuatan
Sinta."
"Semoga apa yang telah, yang terjadi saat ini, dan yang
akan datang sesuai dengan skenario terbaik dari Tuhan Sinta."
"Aku sudah menetapkan hatiku untuk melanjutkan
kehidupan ini bersamamu, kini kuserahkan kembali akan sisa keputusanmu."
***
"Ya Santo, benar kata pepatah bahwa dunia memang tak
seluas daun kelor, awal pertemuan kita yang secara tak sengaja di kedai ini
juga bertepatan waktu hujan itu, membuat kita bisa mengenal satu sama lain
hingga saat ini, basa-basi di awal perbincangan hari itu, menakdirkan kita
dapat melangkah hingga takdir saat ini."
"Aku paham dan setuju, jodoh rezeki dan pati sudah
pasti sesuai kadar yang diberikan Tuhan, jika nanti kita memiliki anak atau
tidak itu semata hanya titipan dari Tuhan, kalau ada ya kita jaga dan kita
rawat sebagaimana mestinya, kalau tidak mempunyai ya tidak jadi masalah, jangan
sampai hanya kita tidak diberi anak, lantas kita terpuruk."
"Terkait hidup dan mati Santo, yang semua sudah
dijadwalkan oleh Tuhan, menikah dengan komitmen sehidup semati bukan berarti
apabila salahsatu dari kita ada yang berpulang duluan, tidak harus yang
lain menyusul dengan terpaksa, tapi
lanjutkanlah apa-apa yang sudah kita bangun, semua kebaikan-kebaikan yang harus
diteruskan dan diwariskan, sementara salahsatu dari kita menunggu untuk
menyusul takdir yang ditetapkan.
"Santo, hidup yang tidak dipertarungkan, mustahil akan
terjadi kemenangan, meskipun kekalahan bukan menjadi akhir dari semuanya,
karena semua akan berkahir ketikan kita tidak melakukan apa-apa Santo."
"Semoga kita dapat dengan ikhlas menerima takdir yang
baik bahkan maupun buruk dengan sadar bahwa semuanya berasal dari Yang Maha
Kuasa, dan mari kita mengingat bahwa do'a yang terbaik adalah
terimakasih."
"Aku pun siap menerima takdir yang semoga juga kuanggap
ini adalah sesuai yang digariskan Tuhan pula Santo. Tiada skenario yang buruk
asalkan kita dapat menerima dengan semua kesadaran, begitulah mari kita
melangkah"
***
Tak disangka mereka datang secara bersamaan di kedai yang
sebelumnya mereka telah merencanakan untuk bertemu, suasana begitu sejuk
mendung yang mengantarkan mereka selama dalam perjalanan, tak rela untuk segera
menghujani, sebelum mereka sampai ke tempat tujuan, kedai berkonsep joglo khas
jawa, kebetulan waktu mereka datang terputar sebuah lagu terputar dari iwan
fals
.....
Dia tahu dia
rasa
Maka tersenyumlah
kasih
Tetap langkah
jangan hentikan
Cinta ini
milik kita
.....
Bunga-bunga menghisasi tiap sudut ruangan, lukisan keempat lakon ponokawan Semar, Petruk, Gareng dan Bagong yang terpampang di tembok kasir layaknya menyambut tiap pelanggan yang datang silih berganti, Sinta dan Santo, mereka pun memulai percakapan untuk sekedar basa-basi sampai dengan berbincang tentang berbagai hal kehidupan.
"Hai mas..." Sapa Sinta.
---
Pertapaan Kedai Saptawikrama