Abuya KH. Uci Turtusi, yang akrab disapa Abah Uci, adalah seorang ulama dan pendakwah terkemuka asal Banten, Indonesia. Lahir pada tahun 1964 di Sukamantri, Pasar Kemis, Tangerang, Banten, beliau merupakan putra dari pasangan Abuya KH. Ahmad Dimyathi dan Hj. Nihayah. Abuya Uci dikenal luas sebagai pemimpin Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah di Cilongok, sebuah lembaga pendidikan Islam yang didirikan oleh ayahnya pada tahun 1957.
Silsilah Keluarga Abuya Uci Turtusi
Abuya Uci Turtusi memiliki garis keturunan yang terhormat dan berpengaruh dalam dunia Islam di Indonesia. Ayahnya, Abuya KH. Ahmad Dimyathi, adalah pendiri Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah dan seorang ulama berpengaruh di Kabupaten Tangerang. Kakeknya, KH. Romli, juga dikenal sebagai tokoh agama yang disegani.
Berikut adalah silsilah Nasab Abuya Uci Turtusi : Abuya KH. Uci Turtusi bin Abuya KH. Ahmad Dimyathi bin KH. Romli bin KH. Khaerun bin KH. Raden Cimang bin KH. Raden Datasaen bin Raden Saif Suradipa bin Raden Kabal bin Raden Tumenggung Mahmud Yudanegara bin Raden Tumenggung Kamil bin Raden Aria Yudanegara bin Raden Aria Wangsakara bin Pangeran Wiraraja bin Prabu Geusan Ulun Sumedang bin Pangeran Santri bin Pangeran Muhammad Pamalekaran bin Pangeran Panjunan Abdurrahman bin Sunan Gunung Jati bin Syarif Abdullah bin Syarif Hidayatullah
Silsilah ini menunjukkan bahwa Abuya Uci Turtusi memiliki garis keturunan yang bersambung hingga kepada Nabi Muhammad ﷺ, menegaskan kedalaman akar spiritual dan keilmuan dalam keluarganya.
Pendidikan dan Guru
Sejak kecil, Abuya KH. Uci Turtusi mendapatkan pendidikan agama langsung dari ayahnya, Abuya KH. Ahmad Dimyathi, di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah. Beliau dikenal sebagai santri yang tekun dan memiliki semangat tinggi dalam menuntut ilmu. Selain belajar di pesantren yang diasuh keluarganya, Abuya Uci juga mendalami berbagai disiplin ilmu keislaman dengan berguru kepada ulama-ulama besar, baik di dalam maupun luar negeri.
Beberapa bidang keilmuan yang beliau kuasai meliputi ilmu fikih, tasawuf, hadis, dan tafsir Al-Qur’an. Metode pembelajaran yang beliau gunakan mengutamakan pendekatan salafiyah, yaitu pembelajaran berbasis kitab kuning dengan metode sorogan dan bandongan, sebagaimana yang umum diterapkan di pesantren tradisional di Indonesia.
Selain belajar di dalam negeri, beliau juga pernah memperdalam ilmunya ke beberapa ulama besar di Timur Tengah. Hal ini semakin memperkaya wawasan dan pemahamannya dalam mengajarkan Islam kepada santri dan masyarakat luas.
Perjalanan Dakwah dan KepemimpinanSebagai penerus kepemimpinan di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah, Abuya Uci Turtusi berperan aktif dalam mengembangkan pesantren agar tetap relevan dengan kebutuhan zaman. Beliau melanjutkan perjuangan ayahnya dalam menyebarkan ajaran Islam melalui sistem pendidikan pesantren yang kokoh.
Di bawah kepemimpinannya, Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah berkembang pesat, menarik ribuan santri dari berbagai daerah di Indonesia. Pesantren ini tidak hanya dikenal sebagai pusat pendidikan Islam, tetapi juga sebagai tempat rujukan bagi masyarakat yang mencari bimbingan keagamaan, baik dalam masalah fikih, tasawuf, maupun kehidupan sosial.
Sebagai ulama kharismatik, Abuya Uci aktif dalam berdakwah ke berbagai daerah. Ceramah-ceramahnya selalu menarik perhatian banyak orang karena disampaikan dengan gaya khas yang sederhana, penuh hikmah, dan mudah dipahami. Beliau sering memberikan tausiyah dalam berbagai majelis taklim, pengajian akbar, dan haul ulama.
Salah satu majelis pengajian yang paling terkenal adalah pengajian yang beliau adakan secara rutin di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah. Ribuan jamaah dari berbagai daerah datang untuk mendengarkan ceramah beliau, bahkan banyak yang rela menempuh perjalanan jauh demi mendapatkan ilmu dan berkah dari pengajian tersebut.
Keistimewaan dan Karomah Abuya Uci Turtusi
Sebagai seorang ulama yang istiqamah dalam menjalankan syariat Islam, Abuya Uci dikenal memiliki berbagai keistimewaan atau karomah. Banyak jamaah yang menyaksikan bagaimana doa-doa beliau dikabulkan oleh Allah ﷻ. Keikhlasan dan kesederhanaan dalam kehidupannya menjadikan beliau sosok yang dicintai oleh masyarakat luas.
Beberapa kisah tentang karomah Abuya Uci sering diceritakan oleh para santri dan jamaahnya. Salah satu kisah yang banyak beredar adalah tentang keberkahan air doa yang beliau bacakan, di mana banyak orang yang mengaku mendapatkan kesembuhan dan ketenangan setelah meminumnya. Selain itu, ada pula kisah tentang bagaimana beliau bisa mengetahui sesuatu sebelum terjadi, yang semakin menguatkan keyakinan masyarakat akan kewaliannya.
Namun, meskipun banyak yang menganggap beliau sebagai wali, Abuya Uci selalu rendah hati dan tidak pernah menonjolkan keistimewaannya. Beliau selalu menekankan bahwa semua keajaiban yang terjadi hanyalah kehendak Allah ﷻ dan bukan karena kehebatan pribadi.
Wafatnya Abuya Uci Turtusi
Pada 6 April 2021, umat Islam di Indonesia kehilangan sosok ulama besar. Abuya Uci Turtusi wafat di usia 57 tahun, meninggalkan duka mendalam bagi para santri, keluarga, dan masyarakat yang telah lama mengikuti bimbingannya.
Jenazah beliau dimakamkan di kompleks Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah, dan ribuan jamaah hadir untuk memberikan penghormatan terakhir. Kepergian beliau menjadi kehilangan besar bagi dunia pesantren dan umat Islam di Indonesia, namun ajaran dan warisan dakwahnya tetap hidup dalam hati para santri dan jamaahnya.
Warisan dan Pengaruh Abuya Uci Turtusi
Meskipun telah wafat, pengaruh dan warisan Abuya Uci Turtusi tetap terasa kuat di tengah umat Islam. Pesantren yang beliau pimpin masih terus berkembang, dan pengajian yang beliau rintis tetap dilanjutkan oleh para penerusnya.
Selain itu, ceramah-ceramah beliau yang telah direkam dan diunggah ke berbagai platform digital masih menjadi rujukan bagi banyak orang yang ingin memahami ajaran Islam dengan cara yang santun dan penuh hikmah.
Sebagai seorang ulama yang memiliki dedikasi tinggi terhadap pendidikan Islam, Abuya Uci Turtusi telah memberikan kontribusi besar bagi dunia pesantren dan dakwah di Indonesia. Keilmuan, akhlak, dan keteladanan beliau menjadi inspirasi bagi generasi penerus dalam menjaga dan mengembangkan nilai-nilai Islam di tengah masyarakat modern.
Kesimpulan
Abuya KH. Uci Turtusi adalah sosok ulama kharismatik yang mewarisi ilmu dan perjuangan dari ayahnya, KH. Ahmad Dimyathi. Dengan latar belakang keilmuan yang kuat, beliau berhasil membangun dan mengembangkan Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah sebagai pusat pendidikan Islam yang berpengaruh.
Selain sebagai pemimpin pesantren, Abuya Uci juga dikenal sebagai pendakwah yang memiliki metode ceramah yang sederhana namun penuh makna. Dakwahnya tidak hanya dihadiri oleh masyarakat biasa, tetapi juga oleh tokoh-tokoh penting yang menghormati keilmuan dan kebijaksanaan beliau.
Keistiqamahan dalam menjalankan syariat Islam serta karomah yang beliau miliki menjadikan Abuya Uci sosok yang dicintai oleh banyak orang. Meskipun telah berpulang ke rahmatullah, warisan keilmuan dan dakwahnya tetap hidup dan terus memberikan manfaat bagi umat Islam di Indonesia.
Semoga Allah ﷻ merahmati Abuya KH. Uci Turtusi dan menjadikannya bagian dari para ulama yang ilmunya terus memberikan cahaya bagi umat manusia. Amin.
Abuya KH. Uci Turtusi, yang akrab disapa Abah Uci, adalah seorang ulama dan pendakwah terkemuka asal Banten, Indonesia. Lahir pada tahun 1964 di Sukamantri, Pasar Kemis, Tangerang, Banten, beliau merupakan putra dari pasangan Abuya KH. Ahmad Dimyathi dan Hj. Nihayah. Abuya Uci dikenal luas sebagai pemimpin Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah di Cilongok, sebuah lembaga pendidikan Islam yang didirikan oleh ayahnya pada tahun 1957.